Jakarta, [
RR1online]:
MESKIPUN Rizal Ramli tidak pernah bermimpi apalagi membayangkan dirinya untuk menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), namun Rizal Ramli akhirnya tak bisa menolak ketika 27 pengurus Kadinda dari 33 provinsi se-Indonesia beserta 25 asosiasi yang tergabung sebagai Anggota Luar Biasa, menunjuknya secara aklamasi sebagai Ketua Umum Kadin periode 2013-2018 dalam Munas VII yang diselenggarakan pada 21-23 Oktober 2013, di Hotel Manhattan, Jakarta.
“Saya sangat berterima kasih atas dukungan teman-teman Kadinda, asosiasi, Dewan Pertimbangan, Dewan Penasihat, dan juga panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan Munas hingga bisa berjalan sesuai dengan amanat UU No. 1/1987 tentang Kadin dan AD/ART Kadin,” ucap Rizal Ramli saat berpidato setelah terpilih. Seperti dikutip waspada.co.id.
Karena itu, Menteri Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid ini pun menyatakan, bahwa jabatan Ketum Kadin ini adalah sebagai amanah dari para peserta Munas dan pengusaha di seluruh Indonesia. Sehingga itu, Rizal Ramli bertekad untuk membawa Kadin menjadi bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
“Kita akan fokus menjadikan Kadin sebagai wadah pengusaha yang bermartabat, berwibawa, dan disegani untuk Indonesia yang lebih baik,” ujar Rizal Ramli disambut tepuk-tangan riuh dari seluruh peserta Munas Kadin tersebut.
Rizal Ramli mengajak agar Munas VII Kadin ini dapat dijadikan sebagai momentum hari kebangkitan Kadin dan Indonesia secara umum. Ke depannya Rizal Ramli juga berharap agar Kadin dapat lebih fokus mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan bagi terciptanya iklim usaha yang fair, transparan, dan bersih dari korupsi seperti suap-menyuap.
Nampaknya, Ekonom Senior ini meminta agar tidak boleh lagi Kadin dijadikan alat bagi para elitnya untuk memperoleh proyek-proyek pemerintah, apalagi jika sampai menjilat dan melakukan persekongkolan monopoli usaha dengan pemerintah untuk mendapatkan keuntungan. Sebab, tentu saja itu diyakini akan justru membuat Kadin ini menjadi organisasi yang tidak berwibawa, yang pada akhirnya pun menjadi tidak disegani.
Dari pengamatan langsung saya di lapangan selama aktif sebagai seorang jurnalis sejak tahun 1990-an hingga sekarang selaku penulis, memang menunjukkan bahwa, citra pengusaha (terutama kontraktor) di mata banyak masyarakat tidak jarang dipandang ke hal-hal negatif yang bisa membuat wibawa kontraktor tersebut hilang dan tidak disegani.
Yakni, semua orang tentu sudah tahu, bahwa ada image masyarakat yang telah terbentuk selama ini yang kerap menyimpulkan bahwa setiap kontraktor bisa dengan mudah mendapatkan proyek anggaran menengah hingga nilai besar itu adalah karena adanya dua faktor. Yaitu, selain karena kontraktor yang bersangkutan adalah keluarga dan kerabat penguasa atau pejabat berpengaruh, juga adalah karena dilalui dengan cara-cara yang tidak fair, misalnya dengan melakukan sogok antara pengusaha kepada penguasa (atau bisa pula dilakukan kepada keluarga, kerabat dekat penguasa).
Contoh dekatnya adalah yang terjadi pada dugaan suap kasus daging sapi impor, yang melibatkan elit kader PKS itu, lalu memunculkan sejumlah nama seperti Sengman, Bunda Putri yang disebut memiliki hubungan dekat dan khusus dengan Presiden SBY.
Atau dengan dugaan kasus Korupsi SKK Migas, Proyek Hambalang, Wisma Atlet, pengadaan Helikopter, Damkar, pengadaan sarung, dan bahkan proyek pengadaan al-Quran serta lain sebagainya pun tak luput dari persekongkolan antara pengusaha dan penguasa yang sudah pasti mengarah kepada kegiatan korupsi.
Hal-hal semua itulah kiranya yang akan dihilangkan oleh Rizal Ramli selaku Ketua Umum Kadin, khususnya dalam mendukung upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Dan itu sudah diawali dengan telah ditandatanganinya Pakta Integritas Anti-Korupsi (PIAK) pada Munas VII Kadin, di Hotel Manhattan-Jakarta, Selasa (22/10). Penandatanganan PIAK itu sendiri dilakukan oleh Ketua Umum Kadin Rizal Ramli, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Oesman Sapta Odang, dan Ketua Dewan Penasehat Kadin Setiawan Djody, dan disaksikan langsung Abraham Samad selaku Ketua KPK.
Hal lain yang akan dilakukan Rizal Ramli, tentunya adalah mengenai buruh dan pengusaha yang ingin disinergikan demi kemajuan ekonomi Indonesia. Rizal Ramli ingin menjadikan pengusaha dan buruh sebagai pendamping setia yang harmonis, bukan pihak yang harus diposisikan berhadapan sebagai lawan. Sebab, katanya, jika sinergi ini bisa diwujudkan, maka perekonomian Indonesia akan mampu tumbuh di atas 10 persen dan menjadi salah satu raksasa Asia. Sehingganya Rizal Ramli mengharapkan tak ada lagi pembenturan antara buruh dan pengusaha.
Selain itu, Rizal Ramli tak ingin lagi adanya kebijakan ekonomi, khususnya perdagangan yang keliru yang dapat memaksa harga kebutuhan pangan menjadi tinggi yang mengakibatkan rakyat justru mengalami kesulitan atas kebijakan-kebijakan yang keliru tersebut. Rizal Ramli tentunya ingin mengatakan, bahwa seharusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan itu adalah demi memberi kemudahan dan rasa nyaman buat rakyat, bukan malah lebih mempersulit lalu justru memberi kemudahan dan keuntungan sepihak bagi kelompok-kelompok tertentu.
Kekeliruan lain dari kebijakan yang tak henti-hentinya disoroti Rizal Ramli sejauh ini, adalah tentang gemarnya pemerintah mempertahankan sistem kuota impor yang justru berhasil melahirkan kelompok-kelompok kartel yang malah merugikan bangsa dan rakyat Indonesia. Dan ini, menurut Rizal Ramli, sangat buruk karena pada saat yang bersamaan, kartel-kartel inilah yang mendikte dan mempermainkan harga untuk memperoleh keuntungan sangat besar, –yang tentunya sebagian keuntungan itu mereka gunakan untuk menyogok pejabat-pejabat korup. Dan inilah yang terjadi selama ini.
Sehingga itu, Rizal Ramli berkeinginan agar Kadin pada periode ini harus benar-benar berjalan secara utuh menurut fungsi dan perannya. Salah satunya adalah dengan melibatkan Kadin secara aktif dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut dunia usaha serta mengenai permasalahan dan perkembang ekonomi bangsa.
Keinginan Rizal Ramli untuk Kadin dilibatkan dalam setiap pembuatan kebijakan itu menurut saya sangatlah beralasan. Yakni, dengan memperhatikan Undang-undang No.1 Tahun 1987 Tentang Kamar Dagang dan Industri. Di antaranya, Menimbang: ….pada huruf c.”…..diperlukan adanya Kamar Dagang dan Industri yang merupakan wadah pembinaan untuk meningkatkan kemampuan profesi pengusaha Indonesia dalam kedudukannya sebagai PELAKU-PELAKU EKONOMI NASIONAL, dan sebagai wadah penyaluran aspirasi dalam rangka KEIKUTSERTAANNYA dalam pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi berdasarkan DEMOKRASI Ekonomi sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;”
Kemudian diperkuat lagi dalam Bab IV Fungsi dan Kegiatan, yakni pada pasal 7 huruf c. “PENYALURAN ASPIRASI dan KEPENTINGAN para pengusaha di bidang perdagangan, perindustrian, dan jasa dalam rangka keikutsertaannya dalam pembangunan di bidang ekonomi”
Pemikiran saya, andai Kadin sebelumnya bisa berjalan sesuai harapan Rizal Ramli saat ini, maka saya juga yakin, ekonomi Indonesia tidak bakalan BABAK BELUR seperti sekarang, yang membuat ekonomi kita pun jadi lemah dan lemas tak berdaya.
Sayangnya, pemerintah sekarang sepertinya sok pintar dan sok jago, lebih “senang jalan sendiri”. Di saat bersamaan, ini diperparah lagi oleh Kadin sebelumnya yang juga sok berwibawa dan hanya tahu “Yes..Yes..” aja. Sehingga kondisi inilah yang kemudian memudahkan anggaran negara mengalami banyak defisit, lalu pemerintah pun tanpa mau ambil pusing hanya langsung mengambil langkah menaikkan harga BBM dan bahkan dengan menambah utang negara yang kini sudah makin membengkak. Sungguh sebuah pemikiran yang sangat dangkal…?!
Sehingga itu, tidak sedikit kalangan masyarakat yang menaruh keyakinan, bahwa dengan terpilihnya Rizal Ramli sebagai Ketua Umum Kadin yang sah hasil Munas kemarin, itu adalah sekaligus sebagai sebuah babak-baru untuk memulihkan ekonomi Indonesia yang saat ini sedang babak-belur.
Keyakinan ini pun sangat beralasan, bahwa menjabat sebagai Menko Perekonomian saja Rizal Ramli mampu berbuat banyak meski dalam waktu singkat, maka tentulah diyakini akan lebih mampu lagi sebagai Ketua Umum Kadin. Selain itu juga, karena Rizal Ramli adalah bukan sosok yang berasal dari parpol mana pun.
““Mengutip pepatah Sulawesi Selatan, saya ingin menyampaikan, sekali layar terkembang, pantang biduk kembali pulang. Kita akan fokus menjadikan Kadin sebagai wadah pengusaha yang bermartabat, berwibawa, dan disegani untuk Indonesia yang lebih baik,” pungkas Rizal Ramli disambut tepuk tangan meriah peserta Munas VII Kadin. Seperti dilansir rakyatsulsel.com.
Selamat bekerja buat para pengurus Kadin yang baru periode 2013-2018. Permasalahan dan tantangan di depan masih terlalu berat, semoga Tuhan senantiasa melindungi dan memberi kekuatan kepada Rizal Ramli beserta seluruh anak bangsa lainnya, yang karena tak henti-hentinya berjuang untuk kemaslahatan umat banyak di muka bumi pertiwi ini. Amin..!!!!>
map/ams
———–
SALAM PERUBAHAN…!!!